Multiplikasi STUBE HEMAT Di Raja Ampat
Oleh:
Pdt. Eirene Grace Nanuru
Sejak Covid19 melanda sebagian belahan dunia, termasuk Indonesia, tidak
luput bagian timur Indonesia, termasuk Kabupaten Raja Ampat di Papua Barat.
Keadaan geografis Kabupaten Raja Ampat yang sebagian besar lautan dan
transportasi dijangkau lewat laut sangat
mempengaruhi aktifitas kerja seseorang termasuk para pendidik. Di tengah pandemi
Covid-19, pendidikan di Raja Ampat semakin memprihatinkan karena anak-anak
tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, juga belum tentu ada guru. Pekerjaan
rumah yang serius buat pemerintah daerah khususnya, untuk menata sistem
pendidikan dengan keterbatasan guru, keadaan geografis, belum meratanya
jaringan internet untuk 117 kampung di Kabupaten Raja Ampat, sementara entah
kapan masa pandemi berakhir. Adakah metode belajar untuk anak-anak di pulau
sehingga tetap bisa belajar meskipun tidak secara formal di sekolah? Harus ada
cara agar anak tetap termotivasi belajar, termotivasi membaca dan menghitung.
Bersama beberapa mahasiswa, multiplikator Stube HEMAT di Raja Ampat mencoba
metode “Anak Pulau Bercerita” di beberapa kampung.
Di kampung Waipele di distrik Salawati Utara (12/03/2021). Masyarakat
sangat antusias menyambut kegiatan ini, bahkan orang tua yang punya anak
bersama-sama terlibat dan mendampingi anak-anak mereka, terutama yang belum
bisa memegang alat tulis dan mewarnai gambar. Sambil mewarnai mereka menceritakan
gambar yang diwarnai itu. Mince Inseruy dan Lenny Rumayom mahasiswa keguruan yang
terlibat dalam kegiatan ini merasa gembira mendampingi anak-anak masyarakat
kampung Waipele. Anak-anak usia kelas 2-4 sekolah dasar belajar berhitung dan mengenal
huruf, mengucapkan abjad dalam bahasa Inggris, memperkenalkan diri dalam bahasa
Inggris. Kelompok ini didampingi Pdt. Grace Nanuru, multiplikator Stube HEMAT
di Raja Ampat. Sementara anak-anak usia
kleas 5 dan 6 sekolah dasar diberi buku cerita anak dan diberi waktu membacanya.
Selanjutnya mereka menceritakan kembali cerita tersebut didampingi seorang guru
Sekolah Minggu. Ternyata anak-anak antusias dan penuh percaya diri menceritakan
kembali apa yang sudah dibacanya.
Perjalanan selanjutnya adalah dari Sorong menuju Weiman-Batanta
(17/03/2021). Sebelum ke Weiman, rombongan transit di Pulau Yenanas untuk
menjemput teman-teman mahasiswa. Jarak tempuh memakan waktu kurang lebih 2 jam.
Tak terduga ada 20 an anak dari Yenanas ikut serta ke Weiman. Kegiatan yang
dilakukan mirip di Waipele, namun kegiatan di Weiman ini memerlukan 2 hari,
karena ada kegiatan tambahan seperti story game (bermain sambil bercerita), doa
bersama dan eksposur alam air terjun. Kegiatan ini tidak hanya bermanfaat bagi
anak-anak, tetapi sekaligus melatih para mahasiswa peka atas permasalahan
sosial yang ada dalam dunia pendidikan. Diharapkan kegiatan-kegiatan semacam
ini mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kabupaten Raja
Ampat. Jou Suba! ***
Komentar
Posting Komentar