Tambur: Membangun Kebersamaan Kehidupan

Oleh: Stube HEMAT

Tambur merupakan alat musik akustik yang biasa dipakai saat acara adat seperti acara penyambutan tamu yang datang ke kampung atau pun saat pihak pemerintah berkunjung. Alat musik ini merupakan alat musik khas dari Kabupaten Raja Ampat dan bahkan sudah ditetapkan oleh pemerintah sebagai  bagian dalam festival Suling Tambur yang dilaksanakan setiap tahun. Festival ini mengungkap eksotisme laut Raja Ampat dan sisi budaya tradisional Raja Ampat yang kental.

Mulai tanggal 21 Juli 2021 pemuda kampung Kapatlap, Distrik Salawati Utara, mulai mengerjakan alat musik tradisional tambur ini. Kegiatan tersebut menjadi salah satu usaha positif dan produktif di saat pandemi karena pekerjaan berkaitan sektor pariwisata belum hidup kembali bahkan bisa dikatakan sudah mati. Pembuatan alat ini menjadi persiapan festival Suling Tambur yang akan diadakan dengan melihat saat situasi sudah memungkinkan.

Proses awal dimulai dengan memilih beberapa pohon besar untuk dipotong sebagai bahan dasar bentuk tambur yang cukup besar. Setelah itu kayu tambur tersebut direndam di dalam air di sungai, selama hampir 2 minggu. Sambil menunggu proses merendam kayu, para pemuda Kapatlap tersebut mulai berburu hewan Lao-Lao sejenis Kanguru yang akan dimanfaatkan kulitnya sebagai kulit penutup tambur. Kegiatan berburu dilakukan di hutan Wayar selama 2 hari (29-30/07/2021) sehingga perlu menginap di hutan tepi pantai menggunakan tenda terpal yang praktis. Multiplikator Stube HEMAT di Raja Ampat, Pdt. Grace Eirene Nanuru pun terlibat dalam kegiatan tersebut untuk memastikan bahwa tindakan tersebut tidak merusak habitat hewan dan keseimbangan lingkungan hutan dengan berburu secukupnya, bukan sebuah eksploitasi.

Pengerjaan pembuatan tambur dilanjutkan masuk proses ketiga (4/08/2021) yaitu pengambilan kayu tambur dari sungai. Setelah diangkat maka kayu-kayu tersebut memasuki proses pengikisan, dirapikan, penggambaran motif dan pengecatan. Proses terakhir adalah penjahitan kulit kanguru pada tambur, proses ini dilakukan setelah kulit tambur benar-benar kering. Setelah selesai semua akan dilaksanakan pawai atau karnaval tambur keliling kampung sebagai bentuk sukacita dan menghidupkan kembali rasa persaudaraan dan saat orang-orang keluar dan menari bersama. Membangun rasa kebersamaan sangat penting untuk menyatukan visi-misi kehidupan ke depan. ***

Komentar