Oleh: Adel Mambrasar
Nama
saya Adel Mambrasar seorang mahasiswi Universitas Pendidikan Muhammadiyah
(UNIMUDA), Sorong di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), program
studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Saya dari kampung Yenanas, Distrik
Batanta Selatan Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. Kampung Yenanas
terletak di pulau Bantanta, salah satu dari empat pulau besar di Raja Ampat. Mayoritas
masyarakatnya bekerja sebagai petani,
nelayan, buruh, pegawai swasta dan negeri, tetapi juga ada yang masih
menganggur. Kaum perempuan di kampung Yenanas memiliki bakat alami keterampilan
membuat kerajinan tangan, yaitu membuat noken atau tas dari bahan benang rajut dan
lidi daun kelapa, membuat piring dan pot bunga dari lidi daun kelapa, membuat
bunga dari botol bekas dan kulit buah pinang yang sudah kering, membuat taplak
meja dari benang wol dan sedotan. Masyarakat kampung Yenanas dikenal sangat
ramah kepada siapa saja yang berkunjung.
Potensi wisata yang dimiliki adalah pulau Yat dan pasir timbul pulau Ayem.
Dua tempat wisata ini sering dikunjungi masyarakat sekitar kampung Yenanas bahkan
dari kota Sorong.
Pengalaman saya pertama kali mengenal Stube HEMAT yaitu ketika Pdt. Grace Nanuru mengadakan acara di Yenanas untuk memperkenalkan kegiatan Stube HEMAT. Saya, beberapa teman mahasiswa dan pemuda di Yenanas diundang oleh Pdt. Grace Nanuru S.Th untuk berdiskusi bersama dan mengenal apa itu Stube HEMAT. Kami menyambut baik komunikasi dan inisiatifnya dan kami sangat bersukacita menantikan acara tersebut. Akhirnya kegiatan itu dilaksanakan. Pdt. Grace datang ke Yenanas dan menjelaskan tentang apa itu Stube HEMAT dan perhatian untuk anak muda dan mahasiswa. Ia juga berbagi pengalaman ketika studi di Yogyakarta dan apa yang dikerjakan di Raja Ampat. Mendengar hal itu saya dan teman-teman sangat termotivasi untuk semakin mengenal Stube HEMAT dan akhirnya kami pun bergabung karena menawarkan hal-hal baru dan pengalaman yang tidak ditemukan di kampus.
Bahkan
baru-baru saya dan teman-teman mendapat tanggung jawab untuk mengelola kegiatan
diskusi gender yang diadakan di kampus Unimuda. Selain saya mendapat materi dan
pemahaman baru tentang gender dan kesetaraan laki-laki dan perempuan, saya juga
belajar bagaimana mengelola kegiatan Stube HEMAT, bagaimana mengajak mahasiswa
untuk datang diskusi dan ternyata memang tidak mudah untuk mengajak orang.
Di kegiatan eksposur ke Pam, saya belajar tentang perempuan, bahwa perempuan bisa membantu perekonomian keluarga, khususnya kaum perempuan yang membuat VCO (Virgin Coconut Oil dan sabun mandi dari VCO dan produk lainnya. Mereka dilatih oleh pengelola wisata dengan menghadirkan pelatih dari Bali dan Jerman agar menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan. Sebelum pandemi penjualan VCO, sabun dan handbody cukup bagus karena para turis berdatangan di daerah pariwisata ini, tetapi saat pandemi tidak ada yang datang, jadi penjualan menurun meski masih ada pembeli dari penduduk setempat maupun tempat wisata. Semoga pandemi segera berakhir dan pariwisata di Pam dapat ramai kembali.
Bagi
saya, kaum perempuan sebenarnya bisa membantu keluarga khususnya untuk
peningkatan ekonomi dengan keterampilan mereka mengolah sesuatu asalkan ada
pelatihan dan pendampingan seperti kaum perempuan di Pam. Saya bisa membagikan
pengalaman ini untuk kaum perempuan di kampung saya, hasil kerajinan di kampung
saya bisa semakin berkembang dan dikenal luas. Tinggal bagaimana sekarang para
pemuda dan mahasiswa tidak menunggu sampai tua baru belajar keterampilan, tetapi
sejak dari awal harus mendalami
keterampilan dan hasilnya bisa dijual sehingga pemuda dan mahasiswa bisa
mandiri. Terima kasih Stube HEMAT.***
Komentar
Posting Komentar