Multiplikasi Stube HEMAT di Raja Ampat.
Pengembangan kawasan suatu daerah berkaitan erat dengan pembangunan perekonomian daerah tersebut, yang tentu saja memerlukan keterlibatan mahasiswa dan anak-anak mudanya dengan segala kreativitas yang ada untuk mendongkrak potensi-potensi daerah. Raja Ampat sebagai kabupaten kepulauan, memiliki tantangan tersendiri dalam pengelolaannya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Harus diakui bahwa pemerintah memiliki keterbatasan untuk menggerakkan pembangunan yang merata dan menyediakan lapangan pekerjaan, sementara Raja Ampat menyimpan beragam potensi yang belum dikembangkan. Di sinilah jiwa entrepreneurship menjadi kebutuhan mendesak untuk ditumbuhkan di masyarakat, terlebih pemuda dan mahasiswa dengan energi yang mereka miliki.
Stube
HEMAT melalui program Multiplikasi berinteraksi langsung dengan para pemuda dan
mahasiswa dengan topik kewirausahaan serta memetakan potensi yang ada.
Pendampingan kepada mereka dilakukan secara online karena tempat tinggalnya
berjauhan dan pendampingan personal ini membantu mereka memetakan potensi
daerah dan peningkatan kapasitas berkaitan kreativitas dilakukan secara
spesifik.
Dalam kegiatan pendampingan online yang berlangsung antara bulan Oktober dan November Trustha Rembaka, koordinator Stube HEMAT Yogyakarta memaparkan ide-ide kreatif wirausaha antara lain, (1) bisnis kuliner yang berhubungan dengan makanan khas daerah, misalnya: papeda, makanan sagu dan gula merah, ikan kering atau ikan asap, pisang keripik, keripik ubi dan minuman khas daerah. (2) bisnis cinderamata atau souvenir, misalnya: membuat kalung, gelang, gantungan kunci, tas noken, baju, kaos, topi, selendang, anting-anting kulit kerang. (3) Bisnis jasa, misalnya pemandu wisata kawasan pulau Raja Ampat, pencerita, ojek, fotografi dan penerjemah bahasa lokal. (4) bisnis barang kebutuhan mahasiswa, keluarga, nelayan atau petani, misalnya menjual bahan pokok dari beras, minyak goreng, telur, terigu, BBM, sabun, pupuk, buah, pulsa, alat tulis, barang konsumsi lainnya. (5) bisnis pertanian, misalnya budidaya tanaman, menjual hasil panen sayur, menjual pupuk, benih dan bibit tanaman.
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi bisnis apa yang bisa dikerjakan dan paling mereka suka, mengapa memilih bisnis tersebut, siapa yang akan menjalankan bisnisnya apakah dikerjakan sendiri atau melibatkan orang lain dalam produksinya, dimana bisnis ini akan beroperasi, kapan akan memulai bisnis dan bagaimana menjalankan bisnis, dari mengerjakan sampai mempromosikan produknya, misalnya menjual secara langsung ke konsumen atau secara online.
Pendampingan ini tidak mudah karena jaringan komunikasi di daerah belum merata, terlebih jika sedang berada di pulau, selain itu adanya keterbatasan wawasan dan keberanian untuk bertanya. Namun demikian, dari pendampingan ini muncul beberapa gagasan anak muda, antara lain pengolahan ikan asin karena kesehariannya menangkap ikan menggunakan perahu, membuat mahkota tradisional, ide penjualan BBM karena BBM perahu menjadi kebutuhan transportasi antar pulau dan bisnis tas benang atau noken untuk cinderamata khas daerah.
Suatu proses pendampingan dan pemberdayaan pasti membutuhkan waktu dan kesabaran untuk mendapatkan hasilnya. Anak muda membutuhkan waktu untuk berproses mengenal diri dan mengembangkannya, khususnya berkaitan wirausaha untuk kemandirian, jika ada kemauan pasti ada jalan. Anak muda mahasiswa Raja Ampat, saatnya membuktikan! ***
Komentar
Posting Komentar