Ide-Ide Usaha Anak Muda Raja Ampat

Multiplikasi Stube HEMAT di Raja Ampat.         

Pendampingan anak muda dalam program Multiplikasi Stube HEMAT di raja Ampat membuahkan gagasan-gagasan wirausaha yang menarik. Beberapa anak muda berusaha memikirkan, melihat kebutuhan setempat dan menemukan apa yang bisa mereka lakukan sebagai usaha mereka untuk mandiri melalui wirausaha.

Beberapa gagasan yang muncul dan latar belakangnya antara lain: bisnis kerajinan tangan mahkota adat daerah Papua, produksi ikan asin dan kerajinan tangan bunga dari sabun mandi dan anting-anting dari kerang. Ini adalah gagasan Yuliana Mambrasar yang berasal dari Yenanas, Batanta Selatan, Raja Ampat. Ia memilih usaha ini karena memang hobi membuat mahkota adat, merangkai bunga dan mengukir kerang. Bahkan mencari ikan pun menjadi kegiatan sehari-hari di Yenanas maupun di Teminabuan, Sorong Selatan. Beberapa produk kerajinan tangan sudah ia jual secara langsung dan online. Ia menjual secara langsung ke konsumen wisatawan, homestay dan koperasi perikanan baik di Sorong maupun Waisai, ibukota kabupaten Raja Ampat.

Ide lainnya adalah  bisnis penjualan Bahan Bakar Minyak solar, premium dan minyak tanah oleh Alfons Sawoy yang berasal dari Yenanas, Batanta Selatan, Raja Ampat. Gagasannya muncul sebagai realisasi dari kuliahnya di prodi Manajemen Universitas Nanibili Nusantara, Sorong. Alfons memilih usaha penjualan BBM untuk memudahkan masyarakat memenuhi kebutuhan di wilayah setempat, terutama para petani dan nelayan yang menggunakan perahu untuk bekerja sehingga mobilitas masyarakat terjamin dan mobilitas ekonomi keluarga pun berjalan. Ia merancang start-up bisnisnya dengan 600 liter yang terdiri 200 liter premium, 200 liter solar dan 200 liter minyak tanah. Ia membeli BBM di Sorong kemudian menjual kembali di kampungnya di pulau di Yenanas.

Bisnis kerajinan tas khas Papua atau Noken menjadi impian Eklefina yang berasal dari Aimas, Sorong. Ia memilih membuat tas khas Papua karena ia memiliki keterampilan itu, bahkan sejak SMA. Tas ini menjadi oleh-oleh atau cinderamata wisatawan yang mengunjungi Sorong maupun Raja Ampat. Ia menjalankan bisnis dengan membuat sendiri tas benang dan menjual secara langsung dengan menitipkan di kios maupun promosi online melalui Whatsapp dan Facebook. Untuk membuat satu tas, ia perlu satu gulung benang dengan harga 20 ribu kemudian bisa dijual paling murah 100 ribu atau sesuai ukuran tas. Jika tas dengan kombinasi warna harganya tentu berbeda.

Gagasan usaha berbasis kuliner dimunculkan oleh Esau Sawoy mahasiswa teologi di kampus STFT Izaak Samuel Kijne di Jayapura. Ia berasal dari Yenanas, Batanta Selatan, Raja Ampat namun saat ini tinggal di Jayapura. Ia memilih usaha pembesaran ikan lele di sekitar tempat tinggalnya di Jayapura karena tempat tinggalnya ada kolam yang tidak digunakan dan ia ingin memanfaatkannya. Selain itu, ada kebutuhan masyarakat terhadap ikan lele, khususnya warung makan dan rumah tangga.

Ide lainnya adalah penjualan Bahan Bakar Minyak oleh Adel Mambrasar, mahasiswa Unimuda, Sorong, yang berasal dari Yenanas, Batanta selatan, Raja Ampat. Ia memilih usaha ini karena hampir semua masyarakat yang tinggal di pulau Doom dimana ia tinggal mempunyai perahu motor. Mereka menggunakan perahu untuk menyeberang ke kota Sorong maupun ke kebun. Jadi, usaha penjualan BBM menjadi peluang usaha yang prospektif karena menjawab kebutuhan masyarakat.

Keberanian anak muda di Raja Ampat untuk mengungkapkan gagasan wirausaha patut mendapat apresiasi dan dukungan, sehingga muncul rasa percaya diri untuk bisa mandiri menjemput masa depan. Beri anak muda kesempatan dan dukungan, dan mereka akan membuktikan. ***


Komentar