Anak Muda Raja Ampat: Kreativitas untuk Mandiri

Oleh Yuliana Mambrasar.          

Tulisan ini menjadi sharing pengalaman saya, Yuliana Mambrasar yang lahir dan besar di Yenanas, distrik Batanta Selatan, kabupaten Raja Ampat. Saya bersekolah di Yenanas dari SD sampai tamat SMA tahun 2014. Saya melanjutkan kuliah teologi di Surabaya namun akhirnya tidak selesai karena tidak mendapat persetujuan orang tua dan beragam kendala lainnya. Namun demikian, keadaan ini tidak menghentikan saya untuk mengiktui organisasi dan melayani melalui kegiatan doa bersama sampai penginjilan di kawasan Raja Ampat, Sorong dan sekitarnya, dari kota sampai pedalaman.

Dari kegiatan-kegiatan yang saya ikuti akhirnya saja bertemu dengan Stube HEMAT di Raja Ampat yang dikoordinir oleh Pdt Grace. Di Stube HEMAT saya belajar tentang Wirausaha anak muda, Kesetaraan Gender, Kesehatan Masyarakat, dan topik lainnya yang membuat anak muda semakin mengenal daerahnya. Kabupaten Raja Ampat sendiri adalah salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat Daya dengan ibukota di Waisai yang terletak di semenanjung kepala burung pulau Papua. Kabupaten Raja Ampat memiliki luas 67.379,60 km dengan daratan 7.559,60 km dan lautan 59.820,00 km. Kabupaten ini meliputi empat pulau utama, yaitu Waigeo, Misool, Salawati dan Batanta. Dari 610 pulau hanya tiga puluh lima pulau yang berpenghuni dan selebihnya tidak berpenghuni bahkan belum memiliki nama. Kabupaten ini memiliki potensi di kelautan, dari pulau-pulaunya, pantai dan pesisir, ikan tangkap, ikan hias, rumput laut, terumbu karang dan berbagai biota laut lainnya. Saat ini kepulauan Raja Ampat menjadi tujuan para penyelam untuk menyaksikan keindahan lautnya.

Di program Wirausaha, saya dan tiga mahasiswa lainnya mendapat pinjaman modal usaha dari Stube HEMAT. Modal ini akan diangsur secara bertahap sesuai dengan komitmen yang dibuat. Usaha bisnis yang saya lakukan adalah membuat kerajinan mahkota dan penjualan ikan asin. Kemudian, saya pindah tempat tinggal dari Sorong ke Teminabuan, kabupaten Sorong Selatan, tepatnya di kampung Sira, distrik Saifi dan menetap bersama keluarga. Di sini masih pedalaman dan sebagian masyarakat di sana belum semaju di Sorong, ini menjadi peluang saya untuk memulai usaha kecil yang menyediakan kebutuhan masyarakat setempat dan dekat dengan sekolahan, seperti kue donat, minuman jus, kue sakura, dan kue kering selain pembuatan mahkota tradisional dan ikan asin. Saat ini saya sedang membangun kios kecil untuk memasarkan makanan, barang kebutuhan dan kerajinan tangan.

Saya yang sudah mengenal Stube HEMAT bahkan sudah mempraktekan dan merasakan manfaatnya, mari kita membantu masyarakat kita yang masih tertinggal dan belum mendapat perhatian dari pemerintah, baik lingkungan, pendidikan, kesehatan dan tempat tinggal. Harapan saya, nantinya Stube HEMAT bisa menjangkau daerah Raja Ampat lebih luas sampai di pedalaman karena anak muda sangat membutuhkan hal-hal positif seperti pelatihan di Stube HEMAT, namun mereka belum tahu bagaimana cara untuk mengembangkan diri dan memanfaatkan potensi alam di sekeliling mereka.

Untuk anak muda di Raja Ampat dan sekitarnya, mari kita sama-sama mengembangkan Sumber Daya Manusia supaya mampu mengelola potensi yang ada untuk kemakmuran masyarakat. Salah satu program yang ada adalah Stube HEMAT di Raja Ampat yang siap membantu dalam mengembangkan pola pikir dan hidup kita. Jou suba. ***


Komentar